Jumat, 15 April 2011

Perubahan Ekosistem Global Sebabkan Wabah Ulat Bulu


Jakarta, CyberNews. Menyebarnya wabah ulat bulu di berbagai wilayah di Jawa, Bali hingga Lombok diduga karena perubahan ekosistem secara global. Indikasinya adalah peningkatan jumlah ulat itu merata di sejumlah daerah di Indonesia.
Peneliti Utama Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Balitbang Kementan), Prof Dr Deciyanto Soetopo, Rabu (13/4) di lokasi habitat ular bulu, Tanjung Duren, Jakarta Barat menerangkan hal itu.
"Gejala-gejala ini kan terlihat di mana-mana, termasuk di sini (Jakarta). Faktor penghambat populasi ulat bulu sudah semakin langka. Kita bisa berasumsi ada perubahan ekosistem secara global, baik lingkungan biotik (bernyawa) maupun abiotik (tak bernyawa)," jelasnya.
Secara global ada gejala yang sama. Dari lingkungan biotik maupun abiotik, faktor penghambat atau penekan perkembangan ulat bulu semakin berkurang, terangnya.
Faktor biotiknya adalah semakin langkanya predator ulat bulu. Sedangkan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun lalu yang justru mengakibatkan predatornya berkurang adalah faktor abiotik berkembangnya wabah ini.
Habitat ulat bulu di Tanjung Duren, Jakarta Barat, contohnya hampir tidak ditemukan spesies pemangsa ulat bulu, seperti burung, sejenis serangga seperti capung, dan semut. Curah hujan yang terlampau tinggi menjadi faktor penghambat perkembangan spesies pemangsa ini.
Ia menyimpulkan adanya gangguan ekosistem karena hilangnya keseimbangan alami dalam lingkungan hidup.
Menurutnya, cara terbaik untuk mengatasi peningkatan populasi ulat bulu adalah melalui pengendalian alami, yakni tersedianya jumlah pemangsa dalam jumlah yang seimbang. Namun mengingat tingginya jumlah ulat bulu, penyemprotan insektisida, seperti pestisida dengan takaran yang sesuai adalah yang paling tepat.
Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, Ipih Ruyani, Rabu (13/4) sore pada wartawan membenarkan bahwa cuaca ekstrim yang terjadi belakangan ini mempercepat perkembangan ulat bulu di Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar